2/3.1 Sejarah Pra Kolonialisme
Pada masa sebelum kekuatan Eropa Barat mampu menguasai daratan dan perairan Asia Tenggara, belum ada Indonesia. Nusantara yang sekarang kita kenal sebagai Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan tanah yang dikuasai oleh berbagai kerajaan dan kekaisaran, kadang hidup berdampingan dengan damai sementara di lain waktu berada pada kondisi berperang satu sama lain. Nusantara yang luas tersebut kurang memiliki rasa persatuan sosial dan politik yang dimiliki Indonesia saat ini. Meskipun demikian, jaringan perdagangan terpadu telah berkembang di wilayah ini terhitung sejak awal permulaan sejarah Asia. Terhubung ke jaringan perdagangan merupakan aset penting bagi sebuah kerajaan untuk mendapatkan kekayaan dan komoditas, yang diperlukan untuk menjadi kekuatan besar. Tapi semakin menjadi global jaringan perdagangan ini di nusantara, semakin banyak pengaruh asing berhasil masuk; suatu perkembangan yang akhirnya akan mengarah pada kondisi penjajahan.
Keberadaan sumber-sumber tertulis adalah yang memisahkan
masa sejarah dari masa prasejarah. Karena sedikitnya sumber-sumber tertulis
yang berasal dari masa sebelum tahun 500 Masehi, sejarah Indonesia dimulai agak
terlambat. Diduga sebagian besar tulisan dibuat pada bahan yang mudah rusak dan
- ditambah dengan iklim tropis lembab dan standar teknik konservasi yang
berkualitas rendah pada saat itu - ini berarti bahwa sejarawan harus bergantung
pada inskripsi/prasasti di atas batu dan studi sisa-sisa candi kuno untuk
menelusuri sejarah paling terdahulu nusantara. Kedua pendekatan ini memberikan
informasi mengenai struktur politik tua karena baik sastra maupun pembangunan
candi adalah contoh budaya tinggi yang diperuntukkan bagi elit penguasa.
Sejarah Indonesia memiliki ciri sangat khas, yaitu umumnya
berpusat di bagian barat Nusantara (khususnya di pulau Sumatera dan Jawa).
Karena sebagian besar bagian timur Nusantara memiliki sedikit kegiatan ekonomi
sepanjang sejarah (terletak jauh dari jalur perdagangan utama), hal itu
menyebabkan sedikitnya kegiatan politik; suatu situasi yang berlanjut hingga
hari ini.
Masa
Pra Kolonial
Sejarah Indonesia sebelum masuknya kolonialisme asing
terutama Eropa, adalah sejarah migrasi yang memiliki karakter atau sifat utama
berupa perang dan penaklukan satu suku bangsa atau bangsa terhadap suku bangsa
atau bangsa lainnya. Pada periode yang kita kenal sebagai zaman pra sejarah,
maka dapat diketemukan bahwa wilayah yang saat ini kita sebut sebagai
Indonesia, telah menjadi tujuan migrasi suku bangsa yang berasal dari wilayah
lain. 2000 atau 3000 sebelum Masehi, suku bangsa Mohn Kmer dari daratan
Tiongkok bermigrasi di Indonesia karena terdesaknya posisi mereka akibat
berkecamuknya perang antar suku.
Kedatangan mereka dalam rangka mendapatkan wilayah baru, dan
hal tersebut berarti mereka harus menaklukan suku bangsa lain yang telah
berdiam lebih dulu di Indonesia. Karena mereka memiliki tingkat kebudayaan yang
lebih tinggi berupa alat kerja dan perkakas produksi serta perang yang lebih
maju, maka upaya penaklukan berjalan dengan lancar. Selain menguasai wilayah
baru, mereka juga menjadikan suku bangsa yang dikalahkanya sebagai budak.
Pada perkembangannya, bangsa-bangsa lain yang lebih maju
peradabannya, datang ke Indonesia, mula-mula sebagai tempat persinggahan dalam
perjalanan dagang mereka, dan kemudian berkembang menjadi upaya yang lebih
terorganisasi untuk penguasaan wilayah, hasil bumi maupun jalur perdagangan.
Seperti misalnya kedatangan suku bangsa Dravida dari daratan India -yang sedang
mengalami puncak kejayaan masa perbudakan di negeri asalnya- , berhasil
mendirikan kekuasaan di beberapa tempat seperti Sumatra dan Kalimantan.
Mereka memperkenalkan pengorganisasian kekuasaan dan politik
secara lebih terpusat dalam bentuk berdirinya kerajaan kerajaan Hindu dan
Budha. Berdirinya kerajaan-kerajaan tersebut juga menandai zaman keemasan dari
masa kepemilikan budak di Nusantara yang puncaknya terjadi pada periode
kekuasaan kerajaan Majapahit. Seiring dengan perkembangan perdagangan, maka
juga terjadi emigrasi dari para saudagar dan pedagang dari daratan Arab yang
kemudian mendirikan kerajaan-kerajaan Islam baru di daerah pesisir pantai untuk
melakukan penguasaan atas bandar-bandar perdagangan. Berdirinya kerajaan Islam
telah mendesak kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha ke daerah pedalaman, dan mulai
memperkenalkan sistem bercocok tanam atau pertanian yang lebih maju dari sebelumnya
berupa pembangunan irigasi dan perbaikan teknik pertanian, menandai mulai
berkembangnya zaman feudalisme.
Pendatang dari Cina juga banyak berdatangan terutama dengan
maksud mengembangkan perdagangan seperti misalnya ekspedisi kapal dagang Cina di
bawah pimpinan Laksamana Ceng Hong yang mendarat di Semarang. Pada masa ini
juga sudah berlangsung migrasi orang-orang Jawa ke semenanjung Malaya yang
singgah di Malaysia dan Singapura untuk bekerja sementara waktu guna
mengumpulkan uang agar bisa melanjutkan perjalanan ke Mekah dalam rangka ziarah
agama.
Demikian juga orang-orang di pulau Sangir Talaud yang
bermigrasi ke Mindano (Pilipina Selatan) karena letaknya yang sangat dekat
secara geografis.Dari catatan sejarah yang sangat ringkas tersebut, maka kita
dapat menemukan beberapa ciri dari gerakan migrasi awal yang berlangsung di
masa-masa tersebut.
Pertama,
wilayah Nusantara menjadi tujuan migrasi besar-besaran dari berbagai suku
bangsa lain di luar wilayah nusantara. Sekalipun pada saat itu belum dikenal
batas-batas negara, tetapi sudah terdapat migrasi yang bersifat internasional
mengingat suku-suku bangsa pendatang berasal dari daerah yang sangat jauh
letaknya.
Kedua,
motif atau alasan terjadinya migrasi pertama-tama adalah ekonomi (pencarian
wilayah baru untuk tinggal dan hidup, penguasaan sumber-sumber ekonomi dan
jalur perdagangan) dan realisasi hal tersebut menuntut adanya kekuasaan politik
dan penyebaran kebudayaan pendukung.
Ketiga,
proses migrasi tersebut ditandai dengan berlangsungnya perang dan penaklukan,
cara-cara yang paling vulgar dalam sejarah umat manusia.
Keempat, migrasi juga
telah mendorong perkembangan sistem yang lebih maju dari masa sebelumnya
seperti pengenalan organisasi kekuasaan yang menjadi cikal bakal negara (state)
dan juga sistem pertanian.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar