Cara untuk mengukur
tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan dengan:
1.
Pendekatan
Asiomatic mencakup:
a) The
Generalied Entropy (GE)
GE(
) = (1/(α2-α)
n=jumlah individu/orang dalam sampel
yi=pendapatan individu
(i=1,2,…n)
=
(1/n)
adalah ukuran rata-rata pendapatan
Nilai GE terletak 0 sampai ∞.Nilai GE 0
berarti distribusi pendapatan merata dan GE bernilai 4 berarti kesenjangan yang
sangat besar.
α = mengukur besarnya perbedaan antara
pendapatan dari kelompok yang berbeda didalam distribusi tersebut dan mempunyai
nilai riil
b) Ukuran
Atkinson
A = 1 -
ϵ=parameter ketimpangan, 0<ϵ<1,
semakin tinggi nilai ϵ, semakin tidak seimbang pembagian pendapatan.
Nilai α dari 0 sampai 1. Nilai 0 berarti
tidak ada ketimpangan dalam distribusi pendapatan
c) Koefisien
Gini
Gini
= (1/2n2-
Nilai koefisien Gini dari 0 sampai
1.Nilai 0 berarti kemerataan sempurna dan nilai 1 berarti ketidakmerataan
sempurna (satu orang/kelompok orang disuatu Negara menikmati semua pendapatan
Negara).
Ide dasar perhitngan koefisien Gini adalah Kurva
Lorenz
Kurva
Lorenz menggambarkan distribusi komulatif pendapatan nasional diberbagai
lapisan penduduk.Sumbu vertical è presentase
komulatif pendapatan nasional & Sumbu horizontal è persentase komulatif penduduk.
Indeks/Rasio Gini
merupakan koefisien yang berkisar 0 sampai 1, yang menjelaskan kadar
ketimpangan distribusi pendapatan nasional.
v Semakin
kecil angka ini, semakin merata distribusi pendapatan
v Semakin
besar angka ini, semakin tidak merata distribusi pendapatan
Angka Gini ini dapat ditaksir secara visual langsung dari kurva Lorenz.
Semakin kecil angka ini ditunjukkan kurva lorenz yang mendekati diagonal yang
berarti kecil luas area dan sebaliknya.
n
G = 1 - ∑ ( X t+1 – Xi )
( Yi + Y t+1)
1
n
G = 1 - ∑ fi (Yi + Y t+1)
1
G = Rasio Gini
fi = Proporsi Jumlah Rumah Tangga
dalam kelas t
Xi = Proporsi Jumlah Komulatif Rumah Tangga dalam kelas t
Yi = Proporsi Jumlah Komulatif Pendapatan dalam kelas t
2.
Kriteria Bank Dunia.
Bank dunia mengklasifikasikan ketidakmerataan berdasarkan tiga
lapisan:
v
40
% penduduk berpendapatan terendahè Penduduk termiskin
v
40
% penduduk berpendapatan menengah
v
20
% penduduk berpendapatan tinggi
KLASIFIKASI
|
DISTRIBUSI PENDAPATAN
|
Ketimpangan Parah
|
40 % penduduk berpendapatan rendah menikmati < 12 % pendapatan
nasional
|
Ketimpangan Sedang
|
40 % penduduk berpendapatan rendah menikmati 12 - 17 % pendapatan
nasional
|
Ketimpangan Lunak (Distribusi Merata)
|
40 % penduduk berpendapatan rendah menikmati > 17 % pendapatan
nasional
|
Pertengahan tahun 1997 Pendapatan per kapita Indonesia $ US 1,000 dengan 10 % penduduk saja yang menikmati 90% pendapatan nasional dan 90 % penduduk yang menikmati 10% pendapatan nasional berarti pemerataan pendapatan pendapatan masih kurang.
Foster
(1984) memperkenalkan 3 indkator untuk mengukur kemiskinan:
a) The
incidence of poverty (rasio H) yaitu % dari populasi yang hidup adlam keluarga
dengan pengeluaran konsumsi perkapita dibawah garis kemiskinan
b) The
depth of poverty yaitu menggambarkan dalamnya kemiskinan disuatu wilayah yang
diukur dengan Poverty Gap Index / indeks jarak kemiskinan (IJK) yaitu
mengestimasi jarak pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan sebagai
proporsi dari garis tersebut.
Pa = (1/n)
a untuk semua yi<z
Indeks Pa sensitive terhadap
distribusi, jika a>1.
= perbedaan antara garis kemiskinan (z)
dan tingkat pendapatan dari kelompok ke I keluarga miskin (yi) dalam
bentuk % dari garis kemiskinan.
a=% eksponen dari
besarnya pendapatan yang tekor dan jika dijumlahkan dari semua orang miskin dan
dibagi dengan jumlah populasi, maka akan menghasilkan indeks Pa.
c) The
severity of poverty/Distributionally Sensitive Index yaitu mengukur tingkat
keparahan kemiskinan dengan indeks keparahan kemiskinan (IKK) atau mengetahui
intensitas kemiskinan.
Peneliti lain
memasukkan 2 faktor lain yakni rata-rata besarnya kekurangan pendapatan orang
miskin dan besarnya ketimpangan dalam distribusi pendapatan antar orang miskin.
Semakin rata-rata besarnya kekurangan pendapatan orang miskin, semakin besar
gap pendapatan antar orang miskin sehingga kemiskinan bertambah besar. Dengan
memasukkan 2 faktor tersebut, maka muncul Indeks Kemiskinan Sen:
S = H [I + (1-I)Gini]
I adalah jumlah
rata-rata difisit pendapatan dari orang miskin sebagai % dari garis kemiskinan.
Koefisien Gini mengukur
ketimpangan antar orang miskin.
Jika salah satu factor
ini naik, maka kemiskinan meningkat.
Perubahan
pola distribusi pendapatan dipedesaan disebabkan oleh:
a) Urbanisasi
jaman ordebaru sangat pesat
b) Struktur
pasar dan besar distorsi yang berbeda antara kota dan desa. Desa memiliki
jumlah sektor, output per sektor, dan pendapatan perkapita lebih kecil daripada
kota.
c) Dampak
positif pembangunan nasional yang berbentuk: (a) berbagai kegiatan ekonomi di
desa (perdagangan, industry dan jasa); (b) Produksitivitas dan pendapatan TK
pertanian dan penggunaan teknologi pertanian meningkat; dan (c) pemanfaatan SDA
yang lebih baik di desa.
Negara
|
Kemiskinan
|
Perubahan
Tahunan
|
||||
Tahun
|
%
|
Tahun
|
%
|
Kemiskinan
per kapita
|
PDB
Riil
|
|
Bangladesh
|
1992
|
58,8
|
1996
|
53,1
|
-2,5
|
3,1
|
Cina
|
1994
|
8,4
|
1996
|
6
|
-15,5
|
10,5
|
India
|
1992
|
40,9
|
1994
|
35
|
-7,5
|
3,3
|
Indonesia
|
1990
|
15,1
|
1996
|
15,7
|
0,6
|
6,2
|
Korsel
|
1994
|
16,4
|
1995
|
12,3
|
-25
|
7,3
|
Malaysia
|
1995
|
9,6
|
1997
|
6,8
|
-15,8
|
4,2
|
Pakistan
|
1993
|
22,4
|
1997
|
31
|
8,5
|
1,5
|
Philipina
|
1994
|
40,6
|
1997
|
36,8
|
-3,2
|
2,6
|
Taiwan
|
1996
|
0,5
|
1997
|
0,5
|
0
|
5,3
|
Thailand
|
1994
|
16,3
|
1996
|
11,4
|
-16,4
|
7,7
|
Vietnam
|
1996
|
19,2
|
1997
|
17,7
|
-8
|
7,4
|
Sumber :
kuswanto.staff.gunadarma.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar